PERJUANGAN SEORANG “TUNA DAKSA”
UNTUK MERAIH MIMPI
Cacat
bukan alasan seseorang untuk tidak bisa sukses. Cacat bukan alasan untuk terus
berdiam diri tanpa melakukan sesuatu apapun. Cacat juga bukan alasan untuk
menjadi seorang pengemis dan hanya berpangku tangan. Cacat seharusnya menjadi
sebuah kelebihan jika tahu caranya. Seorang yang cacat akan lebih banyak waktu
yang bisa diberikannya untuk berpikir daripada orang yang sehat dan memiliki
mobilitas tinggi. Seorang yang cacat akan menjadi sangat luar biasa jika ia
bisa menggunakan kemampuan anggota tubuh lain untuk menutupi kelemahannya.
Serta mempunyai semangat tinggi untuk bangkit dari keadaan yang menghambat
dalam meraih impiannya. Seperti yang dilakukan oleh sahabat kita ini dalam
memperjuangkan impiannya.
Dia
bernama Ujang Hendrawan, lahir di Sukabumi, 09 September 1995 dengan keadaan
fisik yang kurang lengkap dari orang normal biasanya atau biasa disebut dengan “Tuna
Daksa”. Dia merupakan bungsu dari 4 bersaudara. Kakaknya, yang merupakan anak
pertama dari keluarga tersebut telah menikah dan bekerja sebagai karyawan di
sebuah pabrik yang ada di Bekasi, Jawa Barat. Sedangkan dua orang kakaknya lagi
masih menjadi pengangguran karena belum bekerja. Ijazah SD yang mereka miliki
tidak akan membantu apa-apa dalam upaya mencari kerja. Ayah Ujang bernama Pak Santoni
yang merupakan seorang penjual sayur keliling di kampungnya, terkadang ia juga
bisa menjadi buruh tani atau tiba-tiba menjelma menjadi kuli bangunan.
Pekerjaan serabutan semacam itu, sudah merupakan agenda yang tidak asing lagi
dalam catatan kehidupan Pak santoni. Ia menjalani dengan sabar dan ikhlas tanpa
perlu berkeluh-kesah, toh tidak ada yang akan mendengar keluh-kesahnya.
Ibu
ujang bernama Ibu Ai Maryati yang merupakan ibu rumah tangga bagi keluarga Pak
Santoni sekaligus sebagai buruh tani juga, untuk membantu penghasilan yang
didapatkan oleh suaminya. Dari empat orang anak tersebut, ketiga kakak Ujang
terlahir dengan normal. Hanya Ujang saja sebagai anak terakhir yang terlahir
dengan kondisi fisik tidak normal. Dia tidak mempunyai telapak tangan kiri,
hanya memiliki sebagian telapak tangan tangan dengan dua jarinya yaitu ibu jari
dengan jari telunjuk dan jari tengah yang saling melekat, serta kedua telapak
kakinya hanya sebagian. Terkadang dengan kondisi fisik yang seperti ini, dia
pernah menyalahkan Tuhan. Mengapa ia terlahir cacat? Mengapa ia tidak terlahir
sebagai orang normal? Tetapi, akhirnya ia hanya bisa pasrah dan menerima apa
yang telah ditakdirkan oleh Tuhan kepada dirinya.
Bisa
masuk SD dan bergabung bersama siswa-siswi yang normal
Ketika
Ujang ingin sekolah, orang tuanya bingung mau menyekolahkan Ujang kemana.
Karena sekolah-sekolah dasar yang ada di desanya tidak bisa menerima Ujang
dengan kondisi fisik yang cacat. Guru-guru sekolah itu khawatir, kalau nanti
Ujang sekolah dan bergabung dengan orang-orang normal, ia akan ketinggalan
pelajaran karena tertinggal oleh teman-temannya yang lain. Guru-guru SD itu
menyarankan agar Ujang disekolahkan di sekolah yang khusus untuk menangani
orang-orang yang cacat seperti Ujang itu. Tetapi Ujang tidak mau belajar di
sekolah khusus tersebut. Ia merasa dirinya bisa dan mampu belajar bersama
orang-orang normal, dia tidak mau dianggap lemah oleh orang lain. Akhirnya
datang juga sebuah harapan, ada tetangganya yang merupakan Wakil Kepala Sekolah
SD di desanya, yang menawarkan agar Ujang bisa sekolah di Sekolah Dasar bersama
orang-orang normal, dengan syarat Ujang harus melakukan tes menulis abjad dan
angka-angka. Ujang sebelumnya pernah diajari menulis oleh kakaknya, berupa
tulisan huruf latin, angka, dan huruf arab. Maka dengan mudah ia menuliskan
abjad dan angka yang diperintahkan oleh Wakil Kepala Sekolah tersebut, bahkan
ditambah bonus dengan menulis tulisan arab juga. Akhirnya ia bisa diterima dan
dapat bergabung untuk bersekolah dengan teman-teman barunya yang normal.
Selalu
berprestasi di kelas maupun di luar kelas
Walaupun
banyak orang yang meremehkan dengan keadaan fisiknya, ternyata itu tidak
menghambat prestasinya. Malah teman-temannya berdecak kagum padanya karena
Ujang selalu masuk peringkat 5 besar di kelasnya sejak dari kelas 1 sampai
kelas 6 SD, yang terasa susah bagi teman-temannya walaupun mereka normal. Ketika
baru masuk SD kelas 1 pun, dia sudah menorehkan prestasi yaitu juara 1 menulis
“Tulisan Tegak Bersambung” di tingkat kecamatan. Padahal sangat susah untuk
anak seperti Ujang mendapat juara menulis, apalagi menjadi juara 1 dan
mengalahkan anak-anak yang normal.
Cobaan
datang ketika akan melanjutkan ke SMP
Setelah
lulus SD, orang tuanya kembali bingung. Kali ini mengenai biaya yang akan
dikeluarkan nanti. Untungnya, ayah Ujang memiliki sebuah tabungan yaitu dua
ekor domba. Untuk biaya masuk, perlengkapan sekolah, dan seragam sekolah
membutuhkan biaya yang banyak. Maka ayahnya berencana untuk menjual kedua ekor
dombanya yang telah lama ia pelihara. Namun, apa yang terjadi? Dua ekor domba
yang akan dijual itu, ada yang mencurinya. Ayah ujang langsung terkejut dan
lemas seketika, melihat kenyataan ini. Domba yang telah lama ia besarkannya
kini hilang dalam sekejap saja. Semakin bingung lagi, memikirkan biaya untuk
sekolah Ujang. Tetapi, Tuhan masih memberikan jalan, kakaknya Ujang yang
bekerja di Bekasi mengirimkan uang untuk biaya Ujang masuk sekolah dan segala
keperluannya. Akhirnya Ujang dapat sekolah dan terus berjuang untuk mewujudkan
mimpi dan cita-citanya.
Membantu
menjual gorengan dan menjadi kuli bangunan
Pada kelas VIII SMP dia ikut membantu
pamannya untuk menjual gorengan ke tetangga-tetangga sekitarnya sebelum ia
berangkat ke sekolah, yaitu mulai dari setelah salat subuh sampai pukul 06:30
ketika ia akan berangkat ke sekolah. Sedangkan setelah pulang sekolah, ia
membantu ayahnya bekerja menjadi kuli bangunan. Dia membantu membuat campuran
semen dan pasir, serta memplester tembok. Ia bisa melakukannya karena
sebelumnya ia telah diajari oleh ayahnya. Uang hasil dari menjual gorengan dan
membantu ayah bekerja, bisa ia pakai untuk menambah pundi-pundi uang saku dan
membeli perlengkapan sekolah yang harus diganti. Pekerjaan tersebut
dilakukannya sampai ia lulus dari SMP. Selama di SMP, prestasinya pernah
menurun ketika baru masuk kelas VII, dia hanya meraih peringkat 6 di kelasnya.
Tetapi mengalami peningkatan drastis setelah ia naik kelas. Di kelas VIII dan
kelas IX ia selalu menduduki peringkat pertama di kelasnya.
Setelah
lulus dari SMP dengan nilai Ujian Nasional yang cukup memuaskan dan asli tidak
menyontek, Ujang sempat bingung ingin melanjutkan SMA kemana. Semua SMA di sana
membutuhkan biaya, apalagi kalau masuk SMA harus melanjutkan kuliah yang pastinya
akan memerlukan biaya lebih besar lagi. Sehingga ia mengurungkan niatnya untuk
melanjutkan ke SMA. Ia mendengar kabar bahwa ada SMK dengan jurusan pertanian.
Kalau untuk jurusan tersebut, ia optimis bisa! Karena dia bisa mencangkul dan
bisa melakukan kegiatan pertanian lainnya, sehingga ia berkeinginan untuk
melanjutkan ke SMK Pertanian. Tetapi, ia urungkan kembali mengingat biaya SMK
itu terlalu mahal bagi keluarganya, apalagi untuk biaya-biaya prakteknya.
Sebuah
titik terang dalam kehidupan
Ketika
siswa-siswi kelas IX SMP berkumpul untuk ditanyakan mengenai rencana mereka
melanjutkan ke SMA, Ujang hanya bisa menatap awan dari kaca jendela dan menerawang
jauh ke langit sana dengan tatapan kosong yang penuh tanda tanya. Saat gurunya
menanyakan kepada Ujang tentang rencana melanjutkan SMA, Ujang bingung harus
menjawab apa.
“Ujang,
setelah lulus SMP, kamu mau melanjutkan kemana?” Tanya gurunya.
“Enggak
tahu Pak! Semua SMA dan SMK memerlukan biaya banyak, apalagi dengan kondisi
saya seperti ini.” Jawab Ujang.
“Kamu
enggak lihat di papan pengumuman yang ada di perpustakaan. Di situ ada
informasi mengenai beasiswa SMA dan asrama gratis selama tiga tahun dari
Pemerintah Daerah Provinsi Jawa Barat, tempatnya di Kabupaten Bandung Barat.
Serta biaya makan juga ditanggung selama tiga tahun penuh, nama sekolahnya BINA
SISWA SMA PLUS CISARUA Provinsi Jawa Barat. Kamu bisa lihat dan ikut daftar ke
sana.”
“Wah,
yang benar Pak! Tapi apakah di sana mau menerima siswa seperti saya?”
“Coba
saja, siapa tahu kamu bisa lulus dan diterima!”
“Terima
kasih atas informasinya Pak.”
Setelah
dilihat, Ujang tersenyum bahagia. Akhirnya ia punya kesempatan untuk
melanjutkan sekolahnya. Esok harinya ia meminta bantuan kepada gurunya untuk
membantunya dalam melengkapi persyaratan berkas administrasinya. Setelah
persayaratan administrasi lengkap, barulah ia mengirimkan berkas pendaftaran tersebut.
Kini ia tinggal menanti panggilan melalui telepon. Seminggu setelah pengiriman
berkas, ia mendapat panggilan lewat telepon kakaknya yang menyatakan bahwa ia
telah lulus berkas administrasi, selanjutnya ia harus pergi ke Bandung untuk
mengikuti tes selanjutnya.
Mendapatkan
beasiswa
Ia
bersyukur sekali, karena tahap seleksi administrasi telah ia lewati. Kini
tinggal melewati tahapan berikutnya yaitu menjalani serangakaian tes yang akan
ia hadapi, diantaranya : tes akademik, tes kesehatan, dan tes wawancara. Ia
berangkat ke Bandung dengan diantar guru pendampingnya sampai akhirnya tiba
juga di BINA SISWA SMA PLUS CISARUA Provinsi Jawa Barat, yang terletak di
Kecamatan Cisarua Kabupaten Bandung Barat. Tes akademik dan wawancara yang ia
jalani tidak ada kendala sama sekali, kecuali saat tes kesehatan yang
berhubungan dengan fisik. Dia agak pesimis pada tes ini, tapi tetap optimis
karena sudah sejak lama dia selalu pesimis dalam segala hal yang berhubungan
dengan fisiknya. Setelah rangkaian tes dijalani, esok hari akan di umumkan
hasil tesnya. Dari siswa-siswi yang berasal dari seluruh Kabupaten/ Kota yang
ada di Provinsi jawa Barat, dengan jumlah peserta tes sebanyak 150 orang hanya
akan diambil sebanyak 70 orang, yang terdiri dari 50 orang putra dan 20 orang
putri.
Hari
pengumuman pun tiba. Para siswa dan siswi peserta tes berkumpul di lapangan
apel dan menunggu antrian untuk mendapatkan amplop pengumuman. Suasana haru dan
bahagia bercampur baur di tempat itu, setelah para peserta membuka amplop
pengumuman kelulusan. Ada yang menangis terharu karena
diterima dan ada pula yang menangis karena belum diberi kesempatan untuk
mendapatkan beasiswa. Ujang pun berharap-harap cemas. Namun gurunya yang
mengambil amplop pengumuman lulus atau tidaknya Ujang dalam tes tersebut.
Gurunya mengatakan bahwa amplopnya dibuka nanti saja ketika sudah kembali ke
sekolahnya. Ujang agak sedikit kecewa dan penasaran atas apa yang telah
dilakukan gurunya. Ketika satu hari setelah Ujang tiba di sekolahnya, diadakan
apel dan nama Ujang di sebutkan bahwa ia dinyatakan “Lulus” di BINA SISWA SMA
PLUS CISARUA. Ternyata, sebenarnya guru pendamping Ujang sudah mengetahui bahwa
Ujang lulus tes dan mendapat beasiswa di BINA SISWA SMA PLUS CISARUA sebelum
amplop di bagikan, karena ia menanyakan langsung ke kantornya. Gurunya ingin
memberikan kejutan kepada Ujang. Kini Ujang akan mulai menjalani hari-harinya
tanpa ditemani oleh keluarganya karena ia akan sekolah di tempat yang letaknya
jauh dari kampung halamanya.
Impian dan harapannya
di masa depan
Sekarang Ujang sudah
menjadi kelas XI di SMA yang sebentar lagi akan menjadi kelas XII, setelah itu
ia akan melanjutkan ke perguruan tinggi. Ujang mempunyai impian dan cita-cita yaitu
ingin menjadi insinyur pertanian. Untuk itu setelah lulus dari SMA, ia
berencana untuk melanjutkan pendidikannya ke IPB (Institut Pertanian Bogor) di
Fakultas Agronomi dan Holtikultura, agar sejalan dengan cita-citanya. Ia
mempunyai alasan tersendiri, mengapa ia ingin menjadi insinyur pertanian?
Tujuannya agar Indonesia menjadi bangsa yang subur dan makmur. Sejak dari dulu,
Indonesia selalu mengekspor beras dan berbagai macam hasil pertanian. Namun
kenyataannya sekarang, Indonesia malah mengimpor beras, gula, dan hasil
pertanian lainnya kepada negara lain. Padahal Indonesia adalah tanah yang kaya
dan subur. Oleh karena itu ia ingin menjadi insinyur pertanian. Jika dia punya
kesempatan untuk melanjutkan pendidikan, ia ingin melanjutkan S2 dan S3 di negara-negara yang telah maju
dalam bidang pertanian, seperti Jepang yang telah mampu menanam berbagai jenis
tanaman di atap gedung dan di bawah tanah tanpa penyinaran matahari. Setelah
itu ia juga ingin mendirikan sebuah yayasan pendidikan dan pesantren untuk
orang-orang yang tidak mampu, terutama kepada orang-orang yang mempunyai
kekurangan fisik seperti dirinya.
Ia ingin Indonesia
menunjukkan kejayaannya di tengah arus globalisasi dan pasar bebas saat ini. Ia
juga berkeinginan untuk memberangkatkan haji kedua orang tuanya serta ia ingin
menjadi bagian dari perubahan Indonesia yang lebih maju. Sungguh mulia
cita-citamu, Kawan. Dengan segenap hati dan ketulusan jiwa aku doakan semoga
kau sukses di kemudian hari dan dapat mewujudkan mimpi-mimpimu yang belum
tercapai. Amiin…
Foto
Ujang, “Sang Penyandang Difabel” Ujang berfoto dengan Penulis
Profil singkat penulis
Penulis
dilahirkan di Indramayu, 19 April 1995. Penulis pernah menjadi juara pertama
pada sayembara tulisan dalam acara “AKU MASUK ITB 2014” tingkat Nasional dan
juara pertama “Lomba Mengarang Motivasi” Satya Graha Hotel Yogyakarta se- Jawa.
Sekarang penulis baru saja lulus dari SMA NEGERI 1 Cisarua Kabupaten Bandung
Barat dan sedang meneruskan pendidikannya ke Institut Teknologi Bandung.